Selasa, 13 Desember 2011

Teruntuk Wanita yang Tak Sempat Kukenal

Siang itu aku terlalu terburu-buru untuk sekedar mengucap salam perpisahan untuk teman-temanku.
Atau bahkan sekedar sms, mengabarkan mereka bahwa aku akan kembali ke kotaku sejenak. Melepas penat.
Suasana bandara siang itu panas, sedikit angin memang membantu membuatku menarik nafas. Coba merasakan kesejukan yg tersisa dari kota ini. Sampai aku sadar pesawatku delay kurang lebih setengah jam. Aku sempatkan untuk sekedar mengganjal perut dan merokok sebentar di dekat ruang tunggu.
Semua masih berjalan normal hingga aku naik ke atas pesawat. Untuk sekedar info, aku selalu meminta tempat duduk yg dekat dengan jendela. Dengan alasan terkesan lebih lega dan bisa menyandarkan kepala ke samping saat ingin tidur dan juga bonus pemandangan..
Aku menaruh tas kecil dan laptopku tanpa dibantu pramugari, ya aku cukup tinggi. Dan kebetulan suasana cabin pesawat masih sepi.
Aku menjatuhkan tubuhku di bangku 23 F, dekat jendela. Aku selalu bertanya-tanya, siapa orang yang di sebelahku. Dan ini bukan kali pertama aku seperti itu.
Aku dengan wajah acuh menatap jendela, melamun berkhayal jika terbang bersama. Tiba-tiba lamunanku terganggu, seseorang duduk di sampingku dan tidak sengaja (atau sengaja pun aku tak tau) menyenggol lenganku. “Maaf” itu suara pertamamu yang kudengar. Aku hanya tersenyum.
Sesaat pramugari sudah memperagakan cara penggunaan alat-alat pengaman dan penyelamatan diri. Aku masih sibuk melihat keluar jendela. Harum ini aku kenal dan mulai merasa familiar. Harum wanita di sebelahku.
Pemandangan kota semakin mengecil dan mulai terlihat awan putih menutupi langit di bawah sana.
“Mmh dari tadi serius sekali menatap keluar jendela”.
Aku sedikit terkejut menerima pertanyaanmu yang mendadak, aku menoleh dan menjawab “iya”.
Dan mulai berbaur dengan obrolan-obrolan kecil penuh basa-basi sampai akhirnya kamu bertanya
” Kira-kira apa yang ada didalam awan yah?”
“Mmmhh sebuah negri!”
“Negri? Hahaha”
“Iya sebuah negri..”
“Negri apa yang ada di atas awan? Siapa yang tinggal di sana?”
“Yaa sebuah negri di awan..”
Kamu mulai tertawa mendengarku begitu bersemangat menjawab.
“Kata siapa ada negri diatas awan? Kamu terlalu banyak membaca dongeng?”
“Kata Katon. Ada sebuah negri di awan”
Aku memberi sebelah earphone kepadanya.
“Mmhh aku terlalu bawel yah?”
“Oh bukan, ini coba dengerin..”
*nowplaying Negri Di Awan – Kla Project.
Aku bersenandung di sampingmu
“lagu tentang negri di awan dimana kedamaian menjadi istananya dan kini telah kau bawa aku menuju kesana.”
Ya kamu membawaku kesana. Dengan mata sendu, bibir tipis dan hidung mancungmu.
Pemandangan berganti. Tampak atap rumah semakin membesar. Roda pesawat kembali menginjak bumi.
Tak ada lagi awan, tak ada lagi cerita sebuah negri di atasnya.
Wahai wanita yang tak sempat kukenal, namamu misteri. Seperti pertanyaanmu, ada apa di dalam awan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar