Selasa, 20 Desember 2011

Miniblog Galau?


Pada awalnya mungkin emang bener,aku butuh sebuah wadah untuk menumpahkan segala macam jenis kerinduanku untuknya.
Tapi benar apa yang orang tua jaman dulu bilang, seiring berjalannya waktu..mungkin memang benar dengan atau tanpa kita bersama,hidup masing-masing dari kita harus tetap bisa bahagia.
Klise memang, “Cinta Tak Harus Memiliki”
Sederhana memang,tapi saat ini..begitulah adanya
Sebesar apapun cinta yang kami pendam, saat ini kami tak bisa saling memiliki (secara badaniah)
Lain kali, mungkin…
Hanya saja saat ini aku sedang menikmati proses hatiku yang mulai berani untuk jatuh cinta kembali
Merasakan debaran degupan kegembiraan saat sedang bersama dia yang sekarang
Proses jatuh cinta selalu menjadi jauh lebih indah ketimbang saat menjalani prosesi patah hati
Tapi untuk itulah patah hati ada, agar kita dapat kembali jatuh cinta

Senin, 19 Desember 2011

Tuhan, ku kembali mengeluh

Tuhan…
apa kali tak apa bagiku untuk (kembali) sedikit mengeluh pada-Mu??
Tak bisakah Kau sedikit memudahkan jalan kami?
Nampaknya begitu susah bagi kami untuk menapaki jalanan yang mulai menyesakkan ini
Mudahkan jalan kami, hingga kami tak benar-benar mengurangi rasa percaya kami pada-Mu
Melihat mereka-mereka yang dapat dengan mudahnya berjalan
Kami memakai alas kaki yang sama Tuhan
Hanya saja mungkin dengan merek yang berbeda
Entah apa merek yang sedang kugunakan ini
Begitu alot, sukar ditemui, begitu banyak keinginannya
Jika kali ini Kau kembali mendengar keluhanku
Semoga bukan kebosanan yang Kau dapat
melainkan terkabulnya harapanku akan ini

Dimana Letak Surga

Dimana Letak Surga


“SURGA BERADA DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU”

Ingatannya hanya melayang pada kalimat yang digoreskan oleh kapur putih di bagian atas papan tulis hijau. Kasogi hitam dengan size 29 menjadi alas kedua kakinya yang terbungkus kaos kaki putih setengah lutut. Matanya memandang kerikil-kerikil kecil diatas jalanan beraspal yang sudah mulai rusak. Segala pertanyaan lahir tak dapat diungkap lewat bibir kecilnya, namun tertanam dalam otak besarnya.

*

“Nik, besok ninik aja ya yang ambil raportku” lelaki kecil bercelana pendek dengan kaos naruto berdiri tepat dibelakang seorang wanita yang sedang mengiris potongan-potongan bawang

“Bukannya ninik nda mau yo, tapi ibumu juga ingin ngeliat sekolahmu, ketemu guru-gurumu. Dia juga pengen tau, nakal ga kamu di sekolah” jawabnya sambil memasukan irisan-irisan tersebut kedalam wadah suatu wajan.

“Tapi aku kan ga nakal nik disekolah. Aku janji deh, kalo besok ninik mau ambilin rapot aku ntar aku makan ini yang banyak” tangan kecilnya mengangkat wortel mentah yang lebih panjang dua kali lipat dari jarinya.

“Ya Ampun yo…, emang apa masalahnya kalau ibumu yang ambil? Apa bedanya sama ninik?”

“Beda nik. Kalo Ibu yang ambil, aryo bakalan diledekin temen-temen terus nanti disekolah!”

Wanita berusia 58 itu akhirnya menghentikan segala kegiatannya sejenak.
“Aryo, kamu tidak seharusnya malu dengan keadaan Ibumu. Ibumu itu adalah perempuan hebat, justru seharusnya kamu bangga padanya nak”

“POKOKNYA KALO IBU YANG AMBIL RAPOT, ARYO GA AKAN MAU SEKOLAH LAGI!!”
sekarang bocah kecil itu berlari setelah memberikan alasan yang menurut pikirannya sangat kuat dan tak terbantahkan. Hatinya memekik, dan ternyata ledakannya terdengar oleh sosok wanita disudut ruangan yang hatinya terkoyak-koyak.

“Sudahlah bu, biar ibu saja yang mengambil rapot Aryo besok. Saya mengerti ko”


*

Suara yang melantunkan lafaz-lafaz suci Al-quran berkumandang dari bangunan tempat biasa umat muslim bersembahyang. Seorang pria cilik berbalut sarung mencari sandal jepitnya yang berwarna biru, kerutan terlukis dari dahinya. Sesekali jemari mungil itu menggaruk-garuk kepala sehingga peci putih yang membungkus setengah kepalanya hampir meluncur turun.

“Sedang mencari apa Aryo?”
“Sendalku di curi orang pak Ustaaadzz” jawabnya gusar, sarung otak-kotak biru yang melintasi bahu kirinya dipegang kuat-kuat.

“Loh, itu bukannya sendalmu?” pria 55 tahun ini menunjuk sepasang sandal yang tertimbun sandal-sendal lain yang berserakan. Namun torehan spidol biru berlafaz “ARYO” mengukuhkan kalau sandal swallow biru mungil itu adalah milik bocah kecil yang sedang menggerutu.

“Eh iya…, hehehe. Tadi aku ga liat Pak Usradz” jawabnya cecengesan, deretan gigi putih yang masih bercampur dengan gigi susu pun hadir setelah pintu bibir mungilnya terbuka lebar.

“Sebelum membuat suatu prasangka pada orang lain, cobalah untuk melihat ke dalam diri sendiri. Jangan sampai kelalaian yang tidak kita sadari justru berbuah pikiran buruk untuk orang lain.”

Anak itu terdiam…memikirkan kembali perkataan yang baru saja menggema di telinganya. Dan saat dia kembali dari perenungannya selama beberapa detik, sosok pria berbaju koko putih tampak sudah berjalan beberapa langkah didepannya.

“Pak Ustaaaaadd…..Pak Ustaaaaaaadd…..sebentar…”
Aryo menggerakan kakinya lebih cepat dengan setengah berteriak.

“Ada apalagi nak?”

“Engga Pak Ustad, aku mau nanya satuuu lagi. Boleh kan pak Ustad?” katanya setengah merajuk sambul mengacungkan telunjuk

“Hahaha…, tentu boleh nak. Apa yang ingin kau tanyakan?”

“Apa benar Surga itu ada di telapak kaki Ibu?”

Lelaki tua bersarung kotak-kotak itu kini menurunkan posisi badannya agar sejajar dengan ustad kecil di hadapannya.

“Nak, saat seorang sahabat Rasul bertanya : Siapakah orang yang harus aku cintai di dunia ini? Rosulpun menjawab : Yang pertama adalah ibumu” dan laki-laki itu menghentikan sejenak kalimatnya.

“Lalu yang kedua siapa lagi Pak Ustad?” bocah ini nampak tak sabar dengan jawaban pria yang mengajarnya mengaji di setiah hari Jum’at malam.

“Ibumu”

“Ibu? Lalu yang ketiga?”

“Masih Ibumu nak”

Anak itu terdiam menunduk. Membayangkan wanita yang melahirkannya. Dia merasa tidak mengenal dengan baik sosok itu. Belum hilang dari ingatannya dimana dia tumbuh hingga usia 9 tahun tanpa melihat seorang Ibu. Manusia yang teramat dia damba namun ternyata kedatangannya justru membuat ia menjadi bahan olokan anak-anak sebayanya.

Sepasang tangan kini memegang pundaknya..” nah, yang ke empat…baru Ayahmu. Maka jangan pernah ragu akan keberadaan surga pada Ibumu nak”
Laki-laki tua itupun berlalu menginggalkannya. Meninggalkan sisa pertanyaan yang belum sempat terlontar dari bibirnya yang masih menganga…

*

“Sudah pulang nak?”

“Sudah bu”

“Lg apa di dapur nak?”

“Lagi buat roti pake meses”

“Sini nak, ibu buatin” wanita berdaster batik menghampirinya

“Ga usah bu, aryo bisa sendiri”

“Udaah.., ibu bisa ko buatin roti meses yang enak” tangannya mengambil pisau roti dari genggaman bocah cilik itu

“Ga usah buuuuu” Aryo spontan mengambil kembali pisau roti dari tangan sang ibu. Sikunya tanpa sengaja menggeser kotak besar yang berisi roti tawar, kaleng meses, mentega, dan selai-selai lainya..

PRAAAAAAAANNNGGGG

Beberapa selai yang berbalut kaca pecah berserakan di lantai, pecahannya mungkin tidak melukai tubuh keduanya, namun menggores hati wanita yang bertumpu diatas kursi roda. Melihat buah hatinya berlalu dari hadapannya. Hatinya menjerit seakan merasa tak berguna.

Pria kecil itu pun berlari kedalam kamar. Membenamkan wajahnya pada sebuah bantal yang disirami air mata. Segala rasanya berkecamuk, antara benci diselingi kewajiban untuk mencintai sosok yang tidak dia kagumi…

SURGA BERADA DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU

Namun bagaimana jika sang Ibu tidak memiliki sepasang kaki?
Masih adakah Surga pada dirinya?

Batinnya memekik, sesungguhnya dia sungguh menyesal telah berbuat kasar kepada wanita yang mengandungnya selama 9 bulan, dimana kini perempuan itu menumpukan pergerakannya, diatas sebuah kursi roda..…


*

“Assalamualaikum”
“Wa’alaikum salam” sahut penghuni dari dalam rumah

Ruang tamu itu mungkin tidak mewah, namun sepasang sofa berwarna hijau tua saking bersandingan di padu sebuah kursi kayu tunggal yang mengitari meja pendek berisi minuman berwarna, kue-kue kecil dan gorengan.
Nampaknya usaha toko kue yang dibangun dari hasil tabungan kedua pasang mantan Pegawai Negri yang kini telah pension itu cukup untuk menampung seorang anak perempuan, juga cucu satu-satunya pemilik rumah itu.

“Baru pulang nak?” sang ibu bertanya disambut dengan tatapan bingung putranya yang mendapati seorang laki-laki berkacamata diruang tamu. Pembicaraan antara laki-laki tersebut, ibu dan juga niniknya terlihat serius. Maka bocah itu memutuskan untuk segera berlalu masuk ke dalam kamar

“Iya bu, tapi udah janjian main bola sama temen-temen” dan setelah bocah itu melepas topi merah bertuliskan tut wuri handayani serta berganti kaos superman yang dibelikan sang ninik di pasar minggu, celana pendek, bola kini dirangkulnya. Dan tentu dia harus melewati kembali ruangan yang sedang menerima tamu tak dikenal itu.

“Permisi semuanya, aryo main bola ya”

“Aryoo…., kemari sebentar nak” wanita berusia 35 tahun ini memanggil dan lelaki kecil itupun menghampirinya

“Kenalin pak, ini Aryo putra saya. Dialah sumber kekuatan saya”
Bocah berponi dengan tubuh tidak gemuk tapi juga tidak kurus itu mencium tangan tamu yang dia rasa sangat asing itu. Sebenarnya hatinya sedikit tergetar mendengar kata perkenalan yang dilontarkan sang ibu.

“Bu, aryo udah boleh pergi? Temen-temen semua nunggu diluar bu”

“Iya nak, hati-hati ya” jawabnya tersenyum


*

Kaki mungilnya terlihat lincah menggiring bola. Kemampuannya bermain memang tidak diragukan dan oleh karena itu teman-temannya selalu berbisik setiap penentuan team dijalankan.

“nanti kamu putih 2 kali, item 3 kali ya” bisik salah satu bocah

“Ya ayo…HOMPIMPA ALAIUM GAMBREEENNGG”

“yeaaaayyy, aryo masuk team kitaaa”
Itu mungkin contoh benih kecurangan yang tumbuh saat dini, kesalahan terletak dibanyaknya tercipta pupuk yang sangat luar biasa untuk mengembang biakannya.

“Sampe besok ya temen-temen!!!” seperti biasa, aryo kecil pulang setelah kakinya memasukan bola kedalam gawang sebanyak beberapa kali. Saat dia bersiap pulang, sosok laki-laki berkacamata dengan kaos berkerah dan celana jeans yang sempat mencicipi pisang goreng buatan neneknya tadi di rumah tampak menunggu di bibir lapangan.

Aryo kecil terus berjalan acuh seolah-olah dia tidak menyadari keberadaan laki-laki itu.

“ARYOO…”
Saat namanya disebut, pria berusia 11 tahun ini sadar kalau dia tidak lagi dapat bersikap “kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu”. Sehingga anak berkulit sawo matang dengan daging lebih dibagian pipi itu menoleh. Laki-laki dewasa yang membawa tas ransel berwarna hitampun segera menghampirinya

“Bisa bicara sebentar Aryo?”


*

“Jadi kamu tidak dekat dengan ibumu?”
Bocah itu hanya menggeleng sambil sibuk mengambil cendol-cendol berwarna hijau di dalam gelas transparan

“Apa kamu pernah merindukan ibumu saat dia jauh?”
Sekarang anak ini mengangguk sambil mengunyah minuman khas betawi yang dijadikan “sogokan” agar bocah yang handal bermain bola kaki ini mau diajak berbicara

“Apa yang kamu harapkan dulu saat kau belum bertemu ibu?”

“Aku mengharapkan ibu pulang terus nemenin aku ke sekolah seperti teman-teman yang lain”

“Apa Ibumu pernah datang kesekolahmu?”

“Pernah dulu, udah lama banget tapi om”

“Kamu senang?”
Anak itu menaruh gelas yang sudah kosong dibawah kursi plastic berwarna merah yang didudukinya.

“Engga om, semua temen-temen di sekolah mengejekku. Katanya aku tidak akan masuk surga karena ibuku tidak mempunyai kaki”

“Aryo, kau seharusnya bangga dilahirkan dari rahim wanita sehebat Ibumu” pria yang duduk berhadapan dengan sang bocah meneruskan ceritanya


*

“Apa yang membuat anda memutuskan untuk pergi?”

“Karena saat itu saya menghidupi diri dan anak saya sendirian. Aryo juga sudah mulai membutuhkan susu formula. Saya merasa harus bertanggung jawab setelah keluar dari rumah ini karena Ayah saya merasa saya mencoreng nama besar keluarga dengan hamil diluar nikah. Saya juga harus menghadapi kenyataan kalau kekasih saya saat itu pergi meninggalkan saya tanpa mau bertanggung jawab. Pekerjaan apapun pasti saya jalani selama itu halal. Dari mulai menjadi buruh pabrik hingga kuli cuci semua sudah saya cicipi. Sampai pada akhirnya tetangga saya mengajak untuk mendaftar menjadi pekerja di luar negri. Kami dijanjikan gaji yang besar dan hidup yang layak. Tanpa berpikir panjang, saya tanda tangani surat perjanjiannya. Dengan menitipkan Aryo pada salah satu tetangga yang sudah seperti ibu saya sendiri.”

“Apa yang pertama anda rasakan di sana?”

“Yang pertama saya rasakan rindu sebesar-besarnya pada anak. Tapi saya harap ini semua untuk kebaikannya juga. Tahun pertama saya belum mendapatkan siksaan apapun, sampai saat saya dipindahkan oleh majikan saya ketempat saudaranya. Disanalah saya menghadapi berbagai macam cobaan. Dari mulai jarangnya mendapat makanan, bekerja hampir 24 jam untuk mengurusi kebersihan restoran 24 jam nya. Baru mulailah pukulan-pukulan itu datang saat saya meminta gaji yang menjadi hak saya. Majikan saya tidak segan memukul saya dengan kayu saat mereka mabuk. Biasanya mereka akan memukul tulang kering saya bila saya lambat jika dipanggil. Alhamdulillah aktivis dari Indonesia akhirnya berhasil membawa saya keluar dari Negri Biadab itu, MALAYSIA”

“Bagaimana dengan pemberitaan yang cukup besar saat kepulangan anda?”

“Saya justru sangat berterima kasih kepada media yang akhirnya membuat kedua orangtua saya menerima kehadiran saya dan Aryo kembali. Karena bagaimanapun sebenci apapun antara anak dan orangtua, darah nya tetap mengalir dalam tubuh saya dan begitu pula sebaliknya”

“Apakah anda menyesal menjadi TKW setelah kehilangan anggota tubuh anda?”


“Tidak, saya kehilangan anggota tubuh saya, namun saya mendapatkan kembali utuh anggota keluarga saya”


*

Bocah itu kini menangis, menyadari bagaimanapun gejolak yang ada dalam dirinya, namun tetap darahnya merupakan darah perempuan yang mengayuh roda-roda untuk berjalan. Dia berlari dengan kedua kakinya yang kuat dimana kaki-kaki itu membuat Aryo Sunaryo menjadi bahan rebutan setiap tim untuk mencetak gol.

Debu yang beterbangan dari hentakan-hentakan pelarian tak hiraukannya, seperti dirinya yang tidak menghiraukan lagi tentang keberadaan surga di telapak kaki ibunya. Jari kecilnya membuka pintu kamar..

“IBUUUUUU” dan dia menangis dalam pelukan ibunya. Tempat yang paling nyaman untuk hatinya….

*

“ARYO GA MASUK SURGA….ARYO GA MASUK SURGA!!”
Suara bocah-bocah yang menambah bising suasana jam istirahat sekolah SD Negri itu

“Kalian ko ngomongnya gitu sih!Emang yang masukin orang ke surga kalian?” bela seorang anak berkepang dua

“Ibu nya Aryo kan ga punya kaki, jadi Aryo ga akan masuk Surga. Hahhahahahaha”

“Kalian nanti aku laporin Bu Guru ya!!”

“Udah Chendrawati, diemin aja.” Bocah itu kini tersenyum

“Kalau Surga kalian ada di telapak kaki ibu, maka surgaku adalah nafas ibuku”

Jumat, 16 Desember 2011

Kegalauan Hati Seorang Jomblo Ketika Jatuh Cinta

Siapa bilang hari akhir pekan hanya dikhususkan bagi orang-orang yang sudah memiliki pacar saja , bagi yang masih menjomblo pun bisa tetap merasakan nikmatnya malam panjang bernuansa agak romantis. Salah satu caranya adalah dengan membuat puisi ditujukan kepada seseorang yang incar. Tentukan target atau tanpa target pun tidak masalah, berikan namun bisa juga dengan membacakan puisi ini, agar ia menjadi terpesona kemudian jatuh hati kepada anda.

Telusuri jalan sempit berliku dikekacauan semak ilalang
Menggemeretak lebam luka kaki
Tertatih hampiri rumah hati
Menggedor-gedor pintu tertutup rapat terkunci

Salam terujar lantang disambut hening kebisuan
Teriakan nama penghuni rumah sunyi seolah tak bertuan
Tetap diam tak terjawab, bungkam seribu bahasa

Berputar-putar bagai gagak menincar mangsa
Harap celah sudut pandang tapi tak satupun rongga menganga
Sibak rimbung pohon khuldi
Tanaman pagar penghalang pengunjung gelandangan

Sekali lagi, lengkingkan identitas! Tak tersahut juga
Hmmm, siapakah yang mau menjadi kekasih hatiku?
 

Berusaha Mencintai Sebelum Dia Pergi

Apakah anda sedang merasakan penyesalan karena telah ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai? Sebenarnya bukan dia yang telah meninggalkan anda, tapi justru andalah yang tidak memanfaatkan momen saat ia masih dimiliki. Karena perasaan itu mucul saat si dia telah tiada di samping anda.

Perkara mudah saat mengatakan cinta kepada seseorang, namun realisasinya belum tentu semudah membalikan telapak tangan, kerap terjadi semangat cinta justru menggelora saat sang kekasih hati telah pergi. Akan sangat merasa kehilangan ketika sedang dalam kesendirian, karena tidak memanfaatkan peluang saat masih bersamanya. Hal yang biasa terjadi dan secara sadar sebagian orang mengerti akan hal itu, namun sejatinya belum tentu memahami pemaknaan menyesal terjadi di depan. Bukan di belakang. Sebab, penyesalan yang ada sebelum kejadian adalah suatu kesadaran, dan penyesalan yang terjadi setelah peristiwa ialah keluhan.

Sehingga sebelum semuanya terlambat dengan segala kenestapaan efek domino. Belajarlah mencintai seseorang yang hari ini masih dimiliki, sebelum dia pergi dari kehidupan anda. Hari ini mungkin dia masih mencintai, tapi mungkin besok tidak akan ada lagi cinta untuk anda, dan mungkin saja besok anda akan lebih mencintainya ketika dia telah pergi. Jadi, jangan pernah sia-siakan cinta yang sekarang ini masih ada di dalam sanubari, dengan segenap kekuatan jiwa. Mengisi hati.

Asmara 2 Dimensi Berbeda

Berdiri di tengah padang luas terbentang kekosongan
Ketika matahari berada dalam ketinggian puncak
Orang-orang berlari lumuri tubuhnya dengan debu
Aku mencari bayang terkacaukan sahara berputing beliung
Kau berlari jauhi cakrawala menapaki duri kaktus

Menghitung masa lalu……

Kita terpecah dalam kontras dua dimensi berbeda
Berjalan di separuh perbedaan musim
Mencari buah beracun menayang mabuk nikmati ajal singkat
Hidup bagai berselimut kain kafan

mungkin ini yang di nama kan jeritan wanita

Wanita tak menuntut banyak kecuali pengertian
Wanita kadang manja, banyak maunya, dan makhluk yang menyusahkan
Wanita masih berdiri tegar saat jutaan rasa sakit mendera

Tapi,
Wanita tetap tampak sama ketika ditinggalkan dan kembali membawa asa
Meskipun tampak apatis, mengacuhkan, namun percayalah
jauh di lubuk hatinya wanita punya sejuta doa untuk seorang pria

Ingin memiliki,
Seseorang yang bisa menjaga
Seseorang yang mengusap air mata ketika menangis
Seseorang yang mencium kening saat tertidur
Seseorang yang menegur bila salah
Seseorang yang mencintai dengan tulus

Selasa, 13 Desember 2011

Berbaring Sendirian

Tulang-tulangku runtuh tertiup nafas yang terengah-engah.
Aku rebah di tempat empuk. Sesegera mungkin, aku ingin mengadu nasib di alam mimpi, menjadi sukses di dalam kepulasan.
Betapa wajah yang kelihatan baik harus diperbaiki lagi. Itu masih terngiang, melayang-layang di dalam pejam. Menyebalkan. Ia muncul selalu di saat aku berbaring sendirian.
Kuharap angin dapat membelaiku lembut. Menyelimuti kesepianku, membalut dengan keheningan. Sampai seakan di antara orang-orang mati, tidurku-lah yang paling nyenyak.

Ini Bukan Untukmu

Saat semua kembali seperti sediakala
Dimana;
Tak ada kita
Tak ada airmata
Tak ada sapa
Aku hanya panjatkan satu doa
Semoga kau bahagia
Semoga kau bahagia dengan caramu
Semoga kau bahagia dengan caramu menghujatku

Pembohong

Akhirnya aku tersenyum lagi, senyum yang kecil, senyum yang sama yang pernah kulempar di saat aku tahu bahwa aku memang bukan satu-satunya. Seharusnya aku lebih berekspresi, sebab kebohongan ini amat menyentak. Aku ingin melangkah mundur sambil memberimu tepuk tangan. Kau hebat. Ini panggungmu, tempatmu lihai bersandiwara, sementara aku terlampau merasakanmu.
Terkadang, pengakuan adalah pukulan yang telak. Terima kasih, setidaknya setelah kau ketahuan, kau tidak menyangkal. Sekarang aku harus bagaimana? Kenyataannya ternyata, hatiku yang berbicara dengan otakmu dan orang terlanjur bilang kita cocok. Sial.
Aku tidak tahu harus bagaimana sekalipun aku tahu kau salah. Orang yang salah patut dihukum sebelum pintu maaf terbuka lebar. Namun hukuman apa yang pantas untuk pembohong? Beri tahu aku apa! Aku tidak mungkin hanya sekadar menghujan sumpah, sebab kata-kata kutuk tidak seharusnya keluar dari mulutku. Mungkin suatu hari, saat kau telah menggenggam segala keinginanmu, kau hanya akan bertanya aku di mana, sambil menyiksa diri sendiri.

Teruntuk Wanita yang Tak Sempat Kukenal

Siang itu aku terlalu terburu-buru untuk sekedar mengucap salam perpisahan untuk teman-temanku.
Atau bahkan sekedar sms, mengabarkan mereka bahwa aku akan kembali ke kotaku sejenak. Melepas penat.
Suasana bandara siang itu panas, sedikit angin memang membantu membuatku menarik nafas. Coba merasakan kesejukan yg tersisa dari kota ini. Sampai aku sadar pesawatku delay kurang lebih setengah jam. Aku sempatkan untuk sekedar mengganjal perut dan merokok sebentar di dekat ruang tunggu.
Semua masih berjalan normal hingga aku naik ke atas pesawat. Untuk sekedar info, aku selalu meminta tempat duduk yg dekat dengan jendela. Dengan alasan terkesan lebih lega dan bisa menyandarkan kepala ke samping saat ingin tidur dan juga bonus pemandangan..
Aku menaruh tas kecil dan laptopku tanpa dibantu pramugari, ya aku cukup tinggi. Dan kebetulan suasana cabin pesawat masih sepi.
Aku menjatuhkan tubuhku di bangku 23 F, dekat jendela. Aku selalu bertanya-tanya, siapa orang yang di sebelahku. Dan ini bukan kali pertama aku seperti itu.
Aku dengan wajah acuh menatap jendela, melamun berkhayal jika terbang bersama. Tiba-tiba lamunanku terganggu, seseorang duduk di sampingku dan tidak sengaja (atau sengaja pun aku tak tau) menyenggol lenganku. “Maaf” itu suara pertamamu yang kudengar. Aku hanya tersenyum.
Sesaat pramugari sudah memperagakan cara penggunaan alat-alat pengaman dan penyelamatan diri. Aku masih sibuk melihat keluar jendela. Harum ini aku kenal dan mulai merasa familiar. Harum wanita di sebelahku.
Pemandangan kota semakin mengecil dan mulai terlihat awan putih menutupi langit di bawah sana.
“Mmh dari tadi serius sekali menatap keluar jendela”.
Aku sedikit terkejut menerima pertanyaanmu yang mendadak, aku menoleh dan menjawab “iya”.
Dan mulai berbaur dengan obrolan-obrolan kecil penuh basa-basi sampai akhirnya kamu bertanya
” Kira-kira apa yang ada didalam awan yah?”
“Mmmhh sebuah negri!”
“Negri? Hahaha”
“Iya sebuah negri..”
“Negri apa yang ada di atas awan? Siapa yang tinggal di sana?”
“Yaa sebuah negri di awan..”
Kamu mulai tertawa mendengarku begitu bersemangat menjawab.
“Kata siapa ada negri diatas awan? Kamu terlalu banyak membaca dongeng?”
“Kata Katon. Ada sebuah negri di awan”
Aku memberi sebelah earphone kepadanya.
“Mmhh aku terlalu bawel yah?”
“Oh bukan, ini coba dengerin..”
*nowplaying Negri Di Awan – Kla Project.
Aku bersenandung di sampingmu
“lagu tentang negri di awan dimana kedamaian menjadi istananya dan kini telah kau bawa aku menuju kesana.”
Ya kamu membawaku kesana. Dengan mata sendu, bibir tipis dan hidung mancungmu.
Pemandangan berganti. Tampak atap rumah semakin membesar. Roda pesawat kembali menginjak bumi.
Tak ada lagi awan, tak ada lagi cerita sebuah negri di atasnya.
Wahai wanita yang tak sempat kukenal, namamu misteri. Seperti pertanyaanmu, ada apa di dalam awan.

Kau Di Mataku

Lihat mataku!
Orang yang buta huruf sekalipun bisa membaca bahwa aku tidak bercanda sama sekali.
Ada cahaya yang keluar dari mataku, itu berasal dari kerinduanku akan dekapmu.
Hangat, api kecil yang menyala di dalam hati,
jiwa, membuat seisi pikiran tampak begitu indah.
Kau terlihat, selalu, bahkan di saat aku memejamkan mata.
Sunyi, pejam, indah yang hampa.
Sesungguhnya kau akan tetap kurasa ada, meski pada kenyataannya inilah hidup yang tanpa hadirmu lagi.

Peri Gigi

“Gigi kamu jangan sampai bolong.”
“Kan nanti gigi kakak juga bakal copot, Bu.”
Lalu ibu mendongengkanku tentang peri gigi.
“Nanti kalau gigi kamu copot, disimpan di bawah bantal ya. Peri gigi akan mengambilnya saat kamu tidur, lalu menggantinya dengan uang yang sesuai dengan kebersihan gigimu yang copot itu.”
Paginya aku mendengar suara orang bertengkar, aku tak begitu jelas mendengarnya dari balik pintu kamarku. Hanya terdengar suara laki-laki “Bayar atau keluar” dan suara nenek yang menenangkan Ibu setelah laki-laki itu membanting pintu.
Aku bersembunyi di dalam selimut, tiba-tiba tangan nenek membelai lembut menenangkanku “Jangan takut”. Saat aku membuka selimut dan melihat senyum nenek, terbersit ide untuk melunasi utang Ibu. “Gigi nenek bagus”.

Aku, Kamu dan Kita

Aku;
Si ceroboh yang suka lupa meletakkan kata
Berceceran di sekitar kakimu
Berguguran menempel di rambutmu
Dan itu jadi alasanku
Melingkarimu dengan lengan
Menyisir rambutmu dengan jari-jari
Aku suka seperti itu
Kamu;
Si pelupa dan tak peka dengan kata-kata
Meninggalkan segalanya yang telah terbaca
Dalam debar dada yang cerewet saat kupeluk
Di dekap lengan-lenganku yang manja melingkarimu
Kita;
Jatuh cinta

Membayangkan Kematian Kamu


Jangan, Sayang, jangan mati!
Meski saya akan mati juga nanti.
Kamu pasti akan masuk surga
sementara saya tak yakin bisa sampai di sana.

Kamu mau saya kupaskan buah-buah apel?
Kamu mau saya bacakan beberapa puisi cinta?
Kamu mau saya padamkan bintang-bintang
yang mengganggu mimpi-mimpi kita?
Saya mampu.

Ayo, sayang, bangunlah! Buka mata!
Kamu bisa merasakan saya hidup di dalam kamu.
Cintaku, cintaku yang sangat besar ini
akan selalu cukup menghidupi kita berdua

Kamu mau sehampar laut dengan perahu-perahu berlayar?
Kamu mau mendengar lagu-lagu baru atau lagu-lagu lama?
Kamu mau saya membunuh anjing-anjing tetangga
yang mengganggu mimpi-mimpi kita?
Saya mampu.

Kamu mau lampu itu seperti matahari terbit?
Kamu mau ada gunung di balik kaca jendela?
Kamu mau hujan menangis atau menyanyi?
Untuk kamu semua aku mampu.

Tapi, Sayang, jangan mati!
Atau tiup nafas terakhirmu kuat-kuat
untuk saya hirup, dan kamu bisa melanjutkan hidup
di dalam aku.

Tapi, Sayang, jangan mati!
Jangan mati!
Jangan…

Obrolan Singkat di Kelurahan

“Agama kamu apa?”
“Lihat saja di KTP saya”
“Sejak kapan kamu beragama?”
“Sejak saya memiliki KTP, agama saya tercetak di sana”
“Lalu?”
“Lalu apa?”
“Lalu sampai kapan kamu mau terus seperti itu?
“Ini saya mau perpanjang masa berlakunya, setidaknya hingga 5 tahun ke depan saya tidak akan pindah agama.”
“Punya pacar?”
“Punya, tapi tidak saya tulis di KTP”
“Tidak ada kolom untuk menulisnya, ya?”
“Bukan. Saya hanya tidak yakin bisa lebih dari 5 tahun, saya malas mengurusnya”
“Pekerjaan?”
“……”
Kali ini aku diam, apa aku harus bilang jika pekerjaanku adalah mencabut nyawanya malam nanti? Alamatnya sudah ada di tanganku.

Aku Malas Mandi

“Buat apa mandi?
Nanti juga kotor lagi”
Kalau begitu, untuk apa jatuh cinta?
Nanti juga bangun lagi, sendiri.
Aku memang malas mandi
Tapi tidak malas jatuh cinta
Aku bisa berkali-kali jatuh cinta, bahkan pada kekasihku sendiri
Lalu, kapan aku mandi?

Minggu, 11 Desember 2011

Aku Itu Anjing


Aku itu anjing. Aku tidak memeong-meong. Aku menjiat kaki sampai ke pipi, tapi tidak pernah menjilat hati.
Aku itu anjing. Aku tidak meninggalkan rumah sekalipun kau memeliharaku dengan buruk, aku duduk manis sambil menganga, menunggumu melempar biskuit yang kau kunyah-kunyah sambil menelepon. Dari rumah kau keluar memakai mobil, di belakangmu aku mengejar dengan ceria. Kau tinggalkan makanan untukku di dekat pintu, sementara kau pergi keluar tuk makan malam.
Aku itu anjing. Aku bisa mengendus bangkai yang kau sembunyikan, aku bisa melacak di mana ia kau simpan, namun aku yang selalu lebih dulu maju mendekati bom.
Anjing!
Aku pulang ke rumah dengan sekujur badan beraroma sampah.
Anjing, anjing, anjing.
Banyak yang bilang aku anjing. Semua mengatakan itu dengan menggonggong. Aku memang anjing. Kadang aku berlari untuk dipeluk, kadang aku berlari untuk menggigit.

Jumat, 09 Desember 2011

di bibir pantai aku merindu..


Untukmu, yang kusebut rindu..
Aku kembali menapaki butiran-butiran pasir hitam di pantai ini. Ombak begitu besar bergulung-gulung dari tengah lautan. Agak menakutkan untuk sekedar mendekat menyentuh buih yang terhampar di bibir pantai. Maka aku tak mendekat agak ke tengah, hanya diam duduk di atas pasir hitam yang kering. Termenung membayangkan kamu di sini. Seperti dulu, saat kamu masih di sisi.
Seandainya kamu masih bersamaku, maka bibir pantai ini akan menjadi saksi atas pertautan yakin kita. Entah aku ini hanya rindu atau masih mencinta, aku bingung. Kamu tau, tadi aku sempat beranjak dari diamku menikmati angin. Berdiri agak ke tengah mencari pasir hitam yang tersentuh sisa-sisa ombak. Aku mencari sebatang kayu kecil, lalu menulis namamu di pasir hitam itu. Sayang aku tak mengambil gambarnya untuk membuktikan kepadamu.
Namun, buih ombak tak lama kemudian menghapus namamu yang kutulis. Apa ombak tak merestui rinduku? Apa ombak meyakinkanku untuk juga menghapusmu? Ah, ombak ini tak mengerti aku yang ingin kamu bersamaku.
Mungkin hanya pasir dan desiran angin yang jadi saksiku, aku merindumu, sangat.
dari, perindumu.

Dari ku, untuk mu

hai, :)

maaf aku selalu canggung untuk memulai sesuatu. aku hanya ingin menyampaikan apa yang aku rasakan hari ini padamu. seperti hari-hari sebelumnya dan akan sama untuk hari-hari ke depannya. aku harap.

aku ingin bercerita, kamu mau dengar?

pagi ini aku bangun sambil tersenyum. membayangkan mu berada di sisi ku mengelus rambut ku dan mengucapkan selamat pagi yang manis di telingaku. persis seperti dalam mimpiku. aku tersenyum dan membuka mata. dan ternyata kamu tidak ada. aku tersenyum lagi. kali ini senyum yang hanya aku yang tau apa artinya.

aku menarik lagi selimut sampai menutupi sebagian wajahku. berusaha kembali terlelap dan melanjutkan mimpi indahku tanpa harus ada yang mengusik. seperti sekarang, sinar matahari seolah tidak bersahabat padaku. ia menyeruak dari balik gorden kamar ku, mencoba menggodaku untuk tidak lagi bermimpi tentang mu.

aku tidak mau. tentu saja. karna hanya dalam mimpi aku dapat melihatmu bersikap manis padaku. hanya dalam mimpi aku bisa merasakan genggaman tangan mu yang besar. dan hanya dalam mimpi aku dapat merasakan hangatnya hembusan nafasmu di sisi kanan telingaku. dan itu manis buatku. sangat.

tapi seketika aku tersadar. hari ini matahari mengingatkan ku untuk bertemu denganmu. dengan mu yang nyata. yang setiap hari menarik bola mataku untuk mengikuti kemana gerak langkahmu. menertawai setiap tingkah mu yang selalu lucu di mataku. dan menangkap setiap tatapan mata mu yang menyiratkan pertanyaan "Siapa dia?" padaku. lalu aku akan menunduk atau melakukan sesuatu sambil menahan senyum tersipuku. aku suka itu.

aku akan selalu suka masa-masa itu.

dari ku, untuk mu.
hari ini kita akan bertem

KALO EMANK JODO GK KEMANA

TKP - Sebuah kedai kopi di pojokan sana.
Sudah jam 5 sore.
Katanya kamu mau lewat sini.
Kalo sampe 15 menit lagi kamu belum sampe sini, berarti aku ga berjodoh sama kamu.


Satu...
Dua...
Tiga...
Empat...
Lima....
Zzzz... belum dateng lah!


Oke, ya sudah gapapa kalo emang bukan jodoh juga.
Ya sudah, ya sudah, ya sudah.
Bukan jodoh, bukan jodoh, bukan jodoh.


Bukan jodoh, bukan jodoh, ga berjodoh? Ya sudah lah ya sudah. *monolog.


Satu... Dua.. Tiga...
14 menit lebih 40 detik.
Oke, sialan, itu kamu.
Sepeda tua berpeneng klasik itu, ya.. itu kamu.
Sepatu kulit coklat tua itu, ya, itu kamu.
Mata yang super menyebalkan itu, ya... aku tau itu memang kamu.
Senyuman kaku itu. Tepat sekali.. itu memang kamu.


14 menit lebih 50 detik.
Oke, sepertinya aku memang berjodoh dengan kamu. :)

Rabu, 07 Desember 2011

Surat Cinta Untuk Calon Istriku

Teruntuk,
Wanita yang paling kucintai setelah ibu


Hai puanku, bila saatnya tiba kau baca surat cintaku ini, aku hanya berharap esok hari saat dimana kau kecup punggung tanganku untuk yang pertama kali di hadapan penghulu, para saksi, orang tua kita, saudaramu, saudaraku, sahabatmu, sahabatku, adalah simbol cintamu yang akan selalu ada disisiku sampai Izrail menghampiri kita.

Perempuanku, jangan kaget bila aku menuliskan surat cinta ini jauh dari hari saat kau membacanya. Saat aku belum melihat paras cantikmu, saat aku belum mengenal akhlak muliamu, saat aku belum tahu namamu. Jangan khawatir sayang, dulu kita sudah bertemu. Saat di alam ruh. Allah telah memilihkan kamu untuk menjadi istriku, saat empat bulan masa kandunganku di dalam perut ibu. Sejak saat itu namamu sudah disandingkan di sebelah namaku. Sejak saat itu aku sudah mencintaimu.

Cantik, selain mahar yang kau minta saat pernikahan kita. Aku ingin berikan kau satu lagi: sebuah mukjizat Nabi terakhir. Alquranul Karim, yang akan selalu kau baca dengan suara merdumu, sebagai pelepas lelahku sepulang aku bekerja. Alquranul Karim, yang akan kau ajarkan betapa indah lantunan ayat - ayat suci kepada anak - anak kita nanti. Alquranul Karim, yang akan kau baca tepat disampingku nanti, saat aku terkulai lemah tak lagi berarti walau hanya untuk menjentikan jari. Alquranul Karim, yang akan selalu kau bawa dan kau baca tepat di samping nisanku nanti apabila Izrail menjemputku lebih dulu. Tetap bacakan untukku walau seayat sayang, aku pasti akan merindukan suara bidadariku bernyanyi: Kau mengaji.

Sayang, mungkin aku tak lebih hebat dari ayahmu dalam menjagamu. Aku tak segagah ia melindungi dirimu, mempertahankanmu dari para pria yang menginginkanmu darinya, termasuk aku yang akhirnya ia percayakan sebagai penggantinya untuk menjagamu. Tapi puanku, percayalah. Kaulah alasanku untuk belajar menjadi pria yang kuat. Pria yang rela walau harus sampai mati melindungimu, demi menjaga hatimu, kehormatanmu juga ragamu. Dinginnya malam sekali pun tak akan aku biarkan mengigit kulit indahmu sayang.

Cinta, izinkanlah akau saat esok hari, sebelum kuucapkan ijab qabul pernikahan kita yang disahkan para saksi, kulantunkan selarik ayat suci: An Nisa. 34, sebagai janjiku yang akan selalu melindungimu atas nama laki - laki. Sebagaimana Allah telah mewahyukan ayat itu kepada Muhammad nabi kita.

Hei wanitaku, saat kau sudah menggenapkan agamaku nanti, sesudah kau amini Al-Fatihahku yang pertama kali, setelah pertama kalinya kau cium tanganku selepas sholat, aku ingin saat itu kau selalu jadi pengingatku. Aku hanya manusia yang terkadang lupa, sering melakukan salah, dan laki – laki yang tak peka seperti wanita. Sekali kau memohon: ‘Maukah kau lakukan itu untukku?’ Demi apa pun, apalah arti dunia jika aku melihat air matamu. Kan kulakukan sepenuh hati hanya untukmu hei Batariku.

Hei bidadariku, aku berjanji.Tanpa sedikit pun aku menentang hal yang pernah dilakukan Rasulullah. Saat kau menjadi istriku nanti, akan kujadikan kau satu – satunya di dunia dan akhirat. Seperti halnya Sayidina Ali Radliallahuanhu menjadikan Fatimah Az Zahra satu – satunya bidadari bumi yang dimilikinya.

Kasih, tenanglah. Saat aku telah menjadi imammu nanti, tak akan pernah berhenti aku mencari rezeki. Selama masih keluar keringat kuperas dari tubuhku, selama masih kuat kubanting tulang punggungku, aku akan terus menafkahimu. Tak akan kubiarkan kau dan anak – anak kita kelaparan dan kehausan. Kupastikan kalian tak akan pernah kekurangan cintaku, sayang.

Jelita, kalau boleh aku meminta. Aku menginginkan putri yang menjadi buah hati kita yang pertama. Kita didik ia menjadi anak yang shalehah, dan kan kutanam sekeping jiwamu pada dirinya. Agar apabila nanti kau dipanggil lebih dulu oleh Pemilikmu yang sebenar – benarnya, aku masih bisa melihat kamu dalam diri putri kita. Dan aku ingin putra kita hanya terpaut satu tahun dengan kakaknya. Agar ia bisa tumbuh dewasa bersama saudari kandungnya. Dan akan kutempa dia agar menjadi pria yang kuat, bahkan melebihi aku. Agar apabila nanti aku yang kembali lebih dulu ke sisiNya, ia bisa menjaga ibu dan kakaknya seperti yang telah kulakukan dan kuajarkan kepadanya.

Manis, saat aku resmi menjadi suamimu nanti. Tak kan kulewatkan pagi tanpa mengecup keningmu yang harum. Kan kulakukan tiap aku hendak bekerja, atau tiap kali aku pergi meninggalkanmu. Dan akan selalu kulisankan tiga kata setelah bibirku ini meletakkan cinta di wajahmu: I love you. Dan tak akan kulewatkan pula detik berharga sebelum kau memejamkan mata, kembali kan kuletakkan cinta di kening atau pipimu. Aku tak akan bosan menciummu setiap hari, sayang. Seperti halnya nabimu juga nabiku yang tak pernah bosan melakukan hal romantis ini kepada istrinya setiap hari.

Batariku, aku tahu perjalanan bahtera kita tak akan selalu berlangit cerah. Syaitan pun tak kan pernah berhenti merusak hidup manusia sampai kiamat tiba. Maka ingatkanlah aku dengan kelembutan hatimu, agar tak ada hal lain yang kulakukan untukmu selain mencintaimu dan melindungimu. Sungguh aku tahu wanita itu tercipta dari tulang rusuk pria yang paling bengkok. Maka tak akan kupaksa ‘tuk luruskan engkau hingga patah, dan tak akan pula kubiarkan engkau tetap bengkok. Islam yang akan selalu menuntunku bagaimana seharusnya aku memperlakukanmu.

Sayang percayalah, aku akan selalu mencintaimu di tiap waktuku. Aku akan tetap menciummu, meski pipimu tak lagi sekencang dulu, meski keriput tlah menggarisi keningmu. Aku akan tetap membelai rambutmu, meski putih telah memakan habis hitamnya yang indah. Aku akan tetap memelukmu, meski bungkuk bdanmu dan ringkih tubuhmu, aku akan tetap memelukmu.

Berjanjilah cinta, apabila tiba saatnya Izrail memamerkan surga dan neraka di kedua sayapnya di hadapanku. Jangan pernah berhenti bisikkan nama Allah di telingaku, jangan pernah kau lepas genggaman tanganku dan jangan dulu jatuhkan air matamu sebelum malaikat benar – benar mencabut ruh dari ragaku. Sudah kubilang: Apalah arti dunia jika aku melihat air matamu.

Tenanglah kasih, batu nisan memang akan pisahkan dunia kita nanti, tapi dia tak akan mampu pisahkan cinta kita. Aku mencintaimu tak hanya di dunia.
Semoga Allah mengabulkan doa di tiap sujudku, agar pernikahan kita tak hanya dilanggengkan di dunia, tapi juga diabadikan di taman surgaNya. Amin…






Aku mencintaimu karena Allah, bidadari surgaku



Calon Imam hidupmu

Selamat ya, Aku Gak Bahagia kok

Dear kamu,


Hei, gimana kabar kamu? Pasti kamu bilang kamu lagi sangat bahagia. Oh, tentu saja. Dengan segala hal yang kamu hadapi dan punya sekarang, kamu pasti bahagia.


Aku bilang aku senang lihat kamu bahagia. Aku ucapin selamat bertubi-tubi ke kamu, lalu cipika-cipiki. Kamu tahu, untuk sampai ke tahap aku bisa bilang selamat dan senyum di depan kamu itu nggak gampang.


Awalnya, susah sekali untuk bahagia untuk kamu. Egois mungkin. Tapi kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain, jadi jangan bilang kamu tahu rasanya. Aku ingat malam itu kamu memberitahukan kabar bahagia di telepon. Kamu mungkin terlalu bahagia sampai kamu nggak tahu kalau saat itu suaraku bergetar dan hanya mengucap sepatah dua patah kata. Aku mencari padanan kata yang tepat untuk perasaan ini. Iya, aku iri sama aku.


Malam itu aku menangis. Benci rasanya harus iri sama kamu dan nggak bisa bahagia bersamamu. I wasn’t a good friend, was I? Aku menghindar dari segala macam pembicaraan tentangmu. Tentu saja kamu mungkin nggak tahu. Butuh waktu sebulan cuma untuk merasa bahagia bersamamu.


Saat aku merasa sudah bisa berbahagia untuk kamu, lalu kamu mulai mengeluh ini-itu. Kamu tahu rasanya aku pengen kasih cabe ke mulut kamu biar kamu diam. Kamu udah dapat banyak tahu, nggak. Kamu punya yang nggak aku punya jadi berhenti mengeluh.


Ada saat-saatnya aku mau unfollow kamu di twitter. Update-mu itu sungguh menyiksa, tahu! Rasanya setiap kamu tulis sesuatu aku mau skip aja. Jahat? Mungkin.


Untuk merasa lebih baik, aku harus berkali-kali bilang bahwa aku baik-baik saja dan bahagia. Kadang-kadang berhasil, tapi lebih banyak nggak, sih. I had to deal with myself and it was so hard. Aku selalu membayangkan bahwa ketika orang-orang melihat kita, mereka akan lebih fokus ke kamu. Mereka cuma akan lihat ke aku dan memandang dengan wajah kasihan. Iya, kasihan, ya aku. Cuma jadi bayang-bayangmu saja.


Jadi setelah kamu baca surat ini, aku pengen kamu nggak banyak mengeluh lagi. Dan tolong, dong, kalau ada yang punya Doraemon, percepat waktu saja supaya aku nggak tersiksa seperti ini.


Maaf, ya. Ini sebenarnya bukan salah kamu. Aku yang salah karena aku nggak bahagia buat kamu. Aku sayang kamu. Tapi aku lagi nggak sayang diriku sendiri. Tenang saja, aku lagi berusaha memperbaikinya, kok. Dan kalaupun tidak, aku pasti akan tetap tersenyum buatmu nanti. Aku nggak akan merusak kebahagianmu dengan rengutanku.


Sampai ketemu di hari bahagiamu, ya.


Sahabatmu.


Aku.

Kamis, 01 Desember 2011

Izinkan Aku Mengenangmu


Kau yang dulu ada,,
Kau yang selalu ku cinta,,
Pergi tinggalkan semua
Dalam kepahitan,,
Apa dosaku padamu..
Hingga kau buat hatiku membisu..Seribu bahasa tak ada yang mampu.,.
Ungkapkan sakit yang pilu..
Kini ku mengerti kan semua yang ada..
Takdir tak menyatukan kita,,
Cinta kita tak selalu bersama…
Maafkan semua yang dulu kulakukan..
Izinkan aku mengenangmu..
Dalam relung dan sukmaku..
Memaksa tak bisa melupakanmu..
Yang terlanjur mencintaimu.,..
Izinkan aku mengenangmu..
Walau kau kan kelak lupakanku..
biarlah kau kutulis kau dalam lembaranku..
Sebagai cinta terindahku..

Selamat Jalan, Aku Mencintaimu


aku terdiam sendiri di sini
dalam bayangmu buat ku berlari
mengejar awan sang bidadari
ku tau kau sudah pergi,
tinggal kan ku sendiri di sini
dengan semua isi hati ini
andai,, andai saja waktu tak berlalu
mungkin, kau masih di sisiku
sampai akirnya kau kan pergi,jauh, dan jauhh
bagai mimpi dalam senyuman malaikat mu
ku berharap ini mimpi,hanya mimpi ku yang palsu
lari dalam dekapan detak jantung tubuh ku
mimpi yang lari dari kenyatan yg pahit
detik demi detik tak ku rasakan sakit
karang batu pun hancur dengan air laut
seperti ku yg sudah remuk dalam maut
hey,bukan kah kita berjanji
akan selalu ada di sini
bersama melihat pelangi
dan kenapa kau pergi
tuhan,aku bahagia dengan nya
belum api itu ku berikan padanya
tapi kau sudah membawa nya
sungguh aku merindukan nya
selamat jalan yaa ,love you ^^

Kenapa Harus Ada Cinta


Aku gak pernah mengerti akan takdir,
kenapa ia mempertemukan kita, dan kenapa ia membuatku terluka . . ,
ntah apa yang membuatku tak berhenti memikirkannya,
seseorang yang selalu membuatku nyaman, dan sadar akan garis hidup!
Dia datang saat aku butuh sandaran, namun dia pergi di saat aku ingin dia tinggal,
kenapa harus ada cinta, jikalau harus ada terluka,
aku berharap hujan terus turun, agar ia bisa menghapus tangis di pipiku . . ,
aku berharap, matahari akan terbenam saat dia datang kembali . .,
andai waktu bisa terulang, aku ingin takdir tak mempertemukan kami,
ntah ini cinta atau sakit, tapi inilah yang aku rasakan,
tapi aku tak peduli dengan apa yang terjadi,
di setiap hembusan nafasku,
di setiap itu pula aku selalu berdo’a untuk kebahagiaannya . .
Tak peduli dengan waktu yang terus berjalan,
di setiap detak jantungku, disetiap itu pula aku selalu berdo’a untuk keselamatannya . .
Aku ingin dia tahu .

Minggu, 27 November 2011

DIA KAYA, AKU MISKIN

dia bisa memberikanmu berlian
sedangkan aku
hanya bisa membelikanmu gorengan

dia bisa mengajakmu nonton bioskop
sedangkan aku
hanya bisa memberimu es sirop

dia bisa ajak kamu jalan-jalan
sedangkan aku
hanya bisa beli jajanan

dia mempunyai kendaraan
sedangkan aku
angkot yg jadi andalan

dia mempunyai harta melimpah
sedangkan aku
hanya bisa menyewa sawah

tapi sayang....
apakah dia bisa memberimu hati, cinta dan kasih sayang?
sedangkan aku, bisa memberikanmu itu, lebih

hanya itulah yg ku punya sayang..

catatan kcil buat orang yg udah sia2in kasih sayang gw,
n trima kasih bwt cinta baru gw yg udah mw terima gw apa adanya, love u sayang..

Rabu, 16 November 2011

UNGKAPAN HATI PARA LELAKI

1. cowok beda dengan cewek, saya harus ngakuin cowok emang lebih melihat fisik luar pada pandangan pertama, tapi tentunya anda familiar dengan istilah dari mata turun ke hati??

2. kami (cowok) memang sering meminta berlebih (kiss dsb), tapi ketahuilah, ada lebih dari sekedar nafsu,, dengan hal itu kami akan merasa lebih memiliki anda (cewek), & berharap anda ga kan melakukannya lagi dengan cowok lain..

3. cewek sensitif? cewek ingin dimengerti? hey, kami pun sama… anda harus tau, bahwa saat first kiss terjadi, maka hal pertama yg ada dalam benak cowok adalah “apakah kamu pernah melakukannya dengan mantan kamu?”, “sejauh mana dulu kamu melakukannya dengan mantan kamu?” mungkin kedengarannya sangat egois, tapi justru anda harusnya senang, karna jika cowok anda berpikir seperti itu maka itu artinya dia memang benar2 menyayangi anda, percayalah..

4. dan kami pun ingin dimengerti, sumpah, pengeen banget! mungkin anda merasa cowok anda hanya bergairah dan bersemangat pada masa2 awal pacaran saja, & terkesan menjauh atau cuek setelah berjalan agak lama, tapi bukan berarti kami udah gak sayang,,bukan, ada fase jenuh yg dimiliki cowok, (& sayangnya bagi kami para cowok, susah sekali untuk gak ngebuatnya terlihat menonjol… )tapi gak berarti kami akan meninggalkan anda, percayalah kami tetap memikirkan anda setiap malamnya & tak akan meninggalkan anda, sekali lagi, kami pun butuh dimengerti…

5. anda (cewek) cemburuan? kami apalagi…..
anda kurang suka kalau kami punya sahabat cewek? kami pun sama…
hindarilah bersmsan atau berhubungan intens dengan seorang cowok yg sama, siapapun itu, karna yakinlah, meskipun kedengerannya konyol, hal itu bisa jadi salah satu alasan kami untuk meninggalkan anda…

6. dampingilah kami, anda perlu tahu, para cowok suka diperhatikan, temani kami bermain futsal, basket, atau dalam kegiatan apa pun sekalipun anda sama sekali tidak suka dengan hal itu…,

hal itu akan sangat menyenangkan kami & membuat kami bersemangat, karna sekalipun anda tidak mengerti dengan permainan itu, kami akan selalu berpikir “apakah dia menganggap permainanku tadi bagus??”,

dan percayalah, sepulang dari sana anda paling tidak akan mendapat hadiah es krim…

7. hubungi kami, buatlah kami merasa dibutuhkan… jangan meminta orang lain untuk mengantar anda ke suatu tempat, ajaklah kami..
meskipun hanya dengan angkot atau mikrolet, kami akan senang jika anda membuat kami merasa dibutuhkan atau menganggap kami sebagai pelindung anda, mungkin kami tidak akan selalu menjawab ‘ya’, tapi jika hal ini sampai terjadi, sekali lagi, hindarilah untuk meminta orang lain mengajak anda, apalagi jika itu cowok!...

8. anda pernah berpendapat bahwa ciuman dikening dari pasangan anda jauh lebih baik daripada 1000 ciuman di bibir?

lakukanlah hal yg sama pada kami! Ketahuilah, rasa bahagia & rasa nyaman yg kami dapatkan lebih dari yg dapat anda perkirakan...

9. kami mempunyai cara yg berbeda untuk menyayangi, hampir selalu berawal dari nafsu, tapi jika anda sudah mampu “membeli” hati kami, maka kami akan berusaha memenuhi apa pun yg kalian inginkan, karna salah satu hal yg jarang cewek ketahui tentang cowok adalah bahwa dia akan merasa sangat bersalah & tidak berguna jika tidak mampu memenuhi keinginan ceweknya….

10.umumnya kaum lelaki ga mau kelihatan lemah ato menunjukkan terangan2 rasa sayang/cinta nya ke cw,,,kaum lelaki lebih memilih cara yang sedikit "barbar" hanya untuk membuktikan klo kita adalah the Real Man

11.jangan pernah menganggap pujian dari kami(Cwo) sebgai kalimat gombal
karna setiap ucapan kami (lelaki sejati) adalah suatu kebenaran tentang anda (Cwe)

KEKASIH DUNIA MAYA


hari terus kulewati, 

banyak sedih yang sudah terjadi, 
seperti adanya kau bagaikan mimpi, 
hadirnya dirimu hanya bayangan ilusi,
tapi kau mengalir di kehidupanku mengukir hari, 
mengisi sepi hangatkan suasana hati, 
mungkin ini takdirku yang menganggumi, 
tanpa ku tau dirimu pasti, 
kau hanyalah mimpi, 
yang merasuk ke dalam hati, 
jadikanlah penantian di setiap hari. 

Dengarkanlah.... 
ini puisi rintihanpenantian hati, 
aku ingin terbang tinggi dimana kau berada untukku cari, 
izinkanlah aku tau dirimu itu sungguh berarti,
ku ingin melihat dirimu bebaskan khayalan ini, 
biarkan ku menemuimu tuk hapuskan angan yang terjadi, 
izinkanlah ku menatap cahaya wajahmu untuk damaikan risau hati, 
tapi ragumu ku mengerti tuk menerimaku di dalam kehidupanmu ini, 
ku pahami keyakinanmu untuk menganggapku belum pasti, 
ku hanya ingin kau jadikan aku ada di hidupmu itu yang selalu KU NANTI...

Sabtu, 12 November 2011


sayang
kehadiranmu disisiku
melepaskan segala resah hatiku
hadirmu membawa senyuman
menghilangkan gundah dihatiku yang bersarang ketika itu
kemanjaanmu menenangkanku
mengubati kesedihan yang melandaku
sayang
petang yang hangat sehangat rinduku padamu
secerah mentari dirimu menyirami kasih untukku
ku terbuai dalam keasyikan kasihmu
hingga ku tak mahu melepaskanmu kala itu
sayang
ku amat mengasihimu
ku amat merinduimu
ku amat menghormati dan menghargaimu
dan diriku amat memerlukan dirimu
kaulah cahaya hatiku
kaulah sumbu jiwaku
kaulah pelita hidupku
dan dirimu adalah sandaran hatiku untuk selamanya
i love you..

Haruskah aku tetap disini


Pagi itu, kubuka pintu ruangan, hm…. sama seperti dulu saat pertama kali aku menginjakkan kaki di ruang dalam gedung tinggi ini. Lalu kucermati makhluk-makhluk yang ada didalamnya tetap sama seperti yang dulu, kebanyakan mereka tetap makhluk dua alam, mempunyai dua sisi wajah hitam dan putih. Ketika pertama kali aku masuk kedalamnya wajah-wajah putih serentak tersenyum padaku, mengiringi langkahku menuju meja pesakitanku. Ketika kuhenyakkan tubuhku dikursi ini seraya mereka membalikan badan dan tampaklah wajah hitam menyeringai meninggalkan ku yang semakin terhenyak.
Hari demi hari kulalui, kuhabiskan waktuku diruangan ini, semakin hari semakin banyak makhluk yang mengitari ruangan ini, semakin beraneka warna pula wajah mereka. Membuatku tak kuasa untuk memilih warna apa yang harus aku pilih, (walaupun tetap kupegang Orange dalam genggaman :D ).
Suara mereka beraneka ragam, ada yang lirih, ada yang menggema, bahkan ada yang kering kerontang bagai seonggok kaleng biscuit dilempar ke atas susunan seng yang terpanggang api matahari (bingung kan? :mrgreen: ).
Kugenggam gagang kursi pesakitan ini, ingin kulempar kursi ini, kursi yang masih menopang berat tubuhku hingga terpental keluar menembus ruangan beratapkan seng panas. Ingin kuteriak membahana hingga suaraku mengalahkan suara-suara mereka yang semakin lama terdengar serak karena lama bersuara tanpa tahak. Ingin kusiram wajah berwarna mereka dengan satu warna yang tetap kugenggam hingga kini walau cat ditanganku tinggal tersisa satu kaleng itupun kaleng yang sudah bocor hingga catnya menetes habis setelah tercecer sepanjang perjalanan.
Seketika itu datanglah makhluk berukuran besar yang sebenarnya ternyata kerdil, hanya tubuhnya yang melar bagaikan karet tercebur didalam drum minyak. Wajahnya amat sangat berwarna-warni, walau kutahu warna dasarnya adalah hitam legam, suaranya sangat parau dan merusak gendang telinga. Ingin kusiram wajahnya dan kusumpal mulutnya dengan kaleng cat yang sudah kering. Tapi apa daya kalengku hanya satu, dan isinya pun tak cukup lagi untuk merubah warna wajahnya. Lalu aku hanya bisa menuliskan sebuah kata “haruskah aku tetap disini?” dan kulemparkan secarik kertas berkata itu keluar hingga terbang tak tentu arah dan tak tahu tujuan, hingga sampai nanti jatuh ketangan orang yang membacanya dan dapat merubah warna. Semoga