Dear kamu,
Hei,
gimana kabar kamu? Pasti kamu bilang kamu lagi sangat bahagia. Oh,
tentu saja. Dengan segala hal yang kamu hadapi dan punya sekarang, kamu
pasti bahagia.
Aku
bilang aku senang lihat kamu bahagia. Aku ucapin selamat bertubi-tubi
ke kamu, lalu cipika-cipiki. Kamu tahu, untuk sampai ke tahap aku bisa
bilang selamat dan senyum di depan kamu itu nggak gampang.
Awalnya,
susah sekali untuk bahagia untuk kamu. Egois mungkin. Tapi kamu nggak
ngerasain apa yang aku rasain, jadi jangan bilang kamu tahu rasanya. Aku
ingat malam itu kamu memberitahukan kabar bahagia di telepon. Kamu
mungkin terlalu bahagia sampai kamu nggak tahu kalau saat itu suaraku
bergetar dan hanya mengucap sepatah dua patah kata. Aku mencari padanan
kata yang tepat untuk perasaan ini. Iya, aku iri sama aku.
Malam
itu aku menangis. Benci rasanya harus iri sama kamu dan nggak bisa
bahagia bersamamu. I wasn’t a good friend, was I? Aku menghindar dari
segala macam pembicaraan tentangmu. Tentu saja kamu mungkin nggak tahu.
Butuh waktu sebulan cuma untuk merasa bahagia bersamamu.
Saat
aku merasa sudah bisa berbahagia untuk kamu, lalu kamu mulai mengeluh
ini-itu. Kamu tahu rasanya aku pengen kasih cabe ke mulut kamu biar kamu
diam. Kamu udah dapat banyak tahu, nggak. Kamu punya yang nggak aku
punya jadi berhenti mengeluh.
Ada
saat-saatnya aku mau unfollow kamu di twitter. Update-mu itu sungguh
menyiksa, tahu! Rasanya setiap kamu tulis sesuatu aku mau skip aja.
Jahat? Mungkin.
Untuk
merasa lebih baik, aku harus berkali-kali bilang bahwa aku baik-baik
saja dan bahagia. Kadang-kadang berhasil, tapi lebih banyak nggak, sih. I
had to deal with myself and it was so hard. Aku selalu membayangkan
bahwa ketika orang-orang melihat kita, mereka akan lebih fokus ke kamu.
Mereka cuma akan lihat ke aku dan memandang dengan wajah kasihan. Iya,
kasihan, ya aku. Cuma jadi bayang-bayangmu saja.
Jadi
setelah kamu baca surat ini, aku pengen kamu nggak banyak mengeluh
lagi. Dan tolong, dong, kalau ada yang punya Doraemon, percepat waktu
saja supaya aku nggak tersiksa seperti ini.
Maaf,
ya. Ini sebenarnya bukan salah kamu. Aku yang salah karena aku nggak
bahagia buat kamu. Aku sayang kamu. Tapi aku lagi nggak sayang diriku
sendiri. Tenang saja, aku lagi berusaha memperbaikinya, kok. Dan
kalaupun tidak, aku pasti akan tetap tersenyum buatmu nanti. Aku nggak
akan merusak kebahagianmu dengan rengutanku.
Sampai ketemu di hari bahagiamu, ya.
Sahabatmu.
Aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar