Sabtu, 12 November 2011

Haruskah aku tetap disini


Pagi itu, kubuka pintu ruangan, hm…. sama seperti dulu saat pertama kali aku menginjakkan kaki di ruang dalam gedung tinggi ini. Lalu kucermati makhluk-makhluk yang ada didalamnya tetap sama seperti yang dulu, kebanyakan mereka tetap makhluk dua alam, mempunyai dua sisi wajah hitam dan putih. Ketika pertama kali aku masuk kedalamnya wajah-wajah putih serentak tersenyum padaku, mengiringi langkahku menuju meja pesakitanku. Ketika kuhenyakkan tubuhku dikursi ini seraya mereka membalikan badan dan tampaklah wajah hitam menyeringai meninggalkan ku yang semakin terhenyak.
Hari demi hari kulalui, kuhabiskan waktuku diruangan ini, semakin hari semakin banyak makhluk yang mengitari ruangan ini, semakin beraneka warna pula wajah mereka. Membuatku tak kuasa untuk memilih warna apa yang harus aku pilih, (walaupun tetap kupegang Orange dalam genggaman :D ).
Suara mereka beraneka ragam, ada yang lirih, ada yang menggema, bahkan ada yang kering kerontang bagai seonggok kaleng biscuit dilempar ke atas susunan seng yang terpanggang api matahari (bingung kan? :mrgreen: ).
Kugenggam gagang kursi pesakitan ini, ingin kulempar kursi ini, kursi yang masih menopang berat tubuhku hingga terpental keluar menembus ruangan beratapkan seng panas. Ingin kuteriak membahana hingga suaraku mengalahkan suara-suara mereka yang semakin lama terdengar serak karena lama bersuara tanpa tahak. Ingin kusiram wajah berwarna mereka dengan satu warna yang tetap kugenggam hingga kini walau cat ditanganku tinggal tersisa satu kaleng itupun kaleng yang sudah bocor hingga catnya menetes habis setelah tercecer sepanjang perjalanan.
Seketika itu datanglah makhluk berukuran besar yang sebenarnya ternyata kerdil, hanya tubuhnya yang melar bagaikan karet tercebur didalam drum minyak. Wajahnya amat sangat berwarna-warni, walau kutahu warna dasarnya adalah hitam legam, suaranya sangat parau dan merusak gendang telinga. Ingin kusiram wajahnya dan kusumpal mulutnya dengan kaleng cat yang sudah kering. Tapi apa daya kalengku hanya satu, dan isinya pun tak cukup lagi untuk merubah warna wajahnya. Lalu aku hanya bisa menuliskan sebuah kata “haruskah aku tetap disini?” dan kulemparkan secarik kertas berkata itu keluar hingga terbang tak tentu arah dan tak tahu tujuan, hingga sampai nanti jatuh ketangan orang yang membacanya dan dapat merubah warna. Semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar