Selamat pagi langit.
Tak perlu bertanya tentang kabarmu. Aku tahu kau cerah sekarang. Biru dan putihmu kompak. Tak ada kelabu.
Langit, cerahmu lantukan nada ceria. Ceriakan hari semua penghuni bumi. Aku salah satunya langit.
Aku
mencintaimu, seperti aku mencintai laut dengan birunya. Makanya itu
langit aku marah jika ada yang sembarangan membakar sesuatu dan mengubah
warnamu menjadi coklat.
Aku juga marah ketika rintik berhasil menembus awanmu, menjadikanmu muram. Uhh langit, saat itu aku selalu merindu. Saat kelabu mengantikan biru dan putihmu.
Aku juga marah ketika rintik berhasil menembus awanmu, menjadikanmu muram. Uhh langit, saat itu aku selalu merindu. Saat kelabu mengantikan biru dan putihmu.
Dan
langit, terima kasih lagi sudah tetap berada di atas kami. Jauh. Aku
tak bisa membayangkan ketika kau runtuh. Menindih kami dengan tujuh
lapisanmu.
Atau aku tak bisa bayangkan ketika warnamu merah. Ah pastilah bumi menjadi penuh amarah.
Jadi sekali lagi terima kasih langit.
Sampai lupa langit, boleh aku meminta?.
Pintaku
tak banyak. Aku mohon tolong suatu saat perlihatkan padaku lukisan
matanya, atau lukisan senyumnya. Jangan bertanya. Kamu pasti tahu
maksudku. Maksudku Dia. Pasangan masa depanku. Sekali saja, langit. Kau
bingkai lukisan itu dibiru milikmu dan gantung di gumpalan awan putih.
Agar aku tahu langit, serupa apa senyumnya. Seindah mana matanya. Hanya
itu. Tak banyak kan...??
Terima kasih sebelumnya, langit.
Dariku, Pengagummu.
(dibawah biru dan putihmu)
(dibawah biru dan putihmu)
Ps :
- Aku mengirim surat lewat Elang. Cium dia yah, dia kangen tuh tidur di gumpalan awan
- Tolong seminggu ini jangan biarkan rintik hujan menembusmu, aku lagi punya kerjaan, pawang hujan mahal , gak mampu nyewa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar