Kamis, 13 Oktober 2011

surat dalam pesawat kertas

sebelumnya maaf, jika aku agak kaku. aku tak tahu harus dari mana memulai surat ini.
sepertinya inilah surat pertama yang benar-benar kutujukan untukmu, setelah sekian lamanya.

hai. apa kabar?
baik? sehat? semoga selalu begitu.
masih ingat aku? iya, aku yang dulu sering menangis jika difoto, tapi selalu bergaya congkak dengan kedua tangan di pinggang.
masih ingat? kita sering berbincang saat malam sebelum aku terlelap, sambil meluruskan kaki sampai sejajar dengan dinding.
rasanya sudah lama sekali ya masa-masa itu. tapi mungkin kau sudah lupa, karena aku pun terkadang mulai lupa dengan berbagai kenangan kita, bahkan ada banyak hal yang tak bisa kuingat. menyedihkan ya? hihi.

tampaknya kita memang sudah lama tak berbincang begini, bercakap lewat kata-kata yang tertulis seperti ini. yang digoreskan kuat-kuat melalui pena yang kugenggam erat.
apalagi berbincang secara lisan. rasanya tak mungkin lagi. meski aku masih sering bercakap denganmu yang sepertinya tak mungkin mendengarku, dan hanya terdengar oleh dinding kamar. nyatanya aku benar-benar lupa bagaimana suaramu, selalu sia-sia setiap kucoba mengingatnya.
oh iya, kau masih ingatkah dengan pesawat kertas? mainan buatan dari kertas, yang sangat kusuka waktu dulu itu. nanti surat ini akan kulipat menjadi pesawat kertas seperti itu, lalu kuterbangkan jauh.
semoga bisa terbang tinggi ke langit lalu mengelilingi bumi menuju tempatmu berada, di mana pun itu.
karena tidak mungkin jika aku kirim ke kantor pos dengan amplop bertuliskan
“untuk mama, yang entah di mana”. bisa-bisa akan ditertawakan, dicibir, disinisi, seperti yang kualami selama ini.
ah, sudah dulu ya. kita lanjutkan nanti. akan kuceritakan lebih banyak tentang berbagai hal yang telah terjadi.
maaf, jika aku selalu merindukanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar